Selamat Datang di Blog Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X.4 SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan
Tingkatkan Prestasi dengan Mencintai dan Melestarikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Minggu, 13 Januari 2013

SINOPSIS NOVEL AYAT-AYAT CINTA


Judul buku: Ayat-Ayat Cinta
Karangan : Habiburrahman El Shirazy
Tebal buku: 419 halaman
Penerbit: Basmala Republika
Cetakan pertama: Desember  2004

Fahri adalah seorang pemuda Indonesia yang menuntut ilmu di di Universitas Al-Azhar, Mesir. Syarat menjadi pelajar di Universitas Al-Azhar adalah harus dapat menghafal Alquran. Fahri yang merupakan pribadi yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keimanan dalam agama Islam tentu saja hafal Alquran. Nilai-nilai keimanan itulah yang dia dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun ia tinggal di sebuah rumah susun tanpa sanak keluarga dari Indonesia, namun dia tetap beruntung karena mengenal sebuah keluarga yang begitu baik terhadapnya, keluarga Maria. Maria adalah seorang gadis muda dengan mata yang indah, bulu mata yang begitu menarik, kulit yang putih dan rambut pirang, karena seorang keturunan indo. Walaupun Maria adalah seorang kristiani, tetapi Maria hafal beberapa surat dalam kitab suci Al-Quran. Salah satu surat yang paling dia hafal adalah surat Maryam. Karena Maria seorang kristiani, dia kuliah di salah satu Universitas Kristen terkemuka di Mesir. Pertemuan Fahri dan Maria berawal ketika Fahri pindah ke sebuah rumah satu lantai di bawah rumah Maria. Sejak itu mereka saling mengenal walaupun mereka belum begitu akrab. 


Fahri begitu kagum terhadap Maria yang selalu menutup auratnya walaupun Maria tidak mengenakan jilbab. Selain itu, Maria adalah gadis yang pintar, apalagi dalam hafalan Alquran-nya. Dia juga wanita yang lembut, sopan dan sangat beretika. Suatu hari, saat Fahri tengah berada di luar rumah susun dan berjalan hendak berangkat mengaji ke Musthafawiyah, Maria memanggil Fahri dari kamarnya. Dia menitip jus mangga kesukaannya dengan memberikan uang kepada Fahri lewat keranjang yang dia turunkan dari kamarnya. Begitulah kebiasaan wanita Mesir. Ketika mereka sedang tidak ingin keluar dari rumahnya untuk membeli sesuatu pada pedagang yang lewat, mereka menurunkan keranjang kecil dari rumahnya yang telah berisi sejumlah uang untuk pembayaran, lalu pedagang itu akan memberikan barang yang diinginkan oleh pembelinya.



Fahri begitu terkejut ketika dia telah selesai mengaji seperti biasanya, Ustad Jamal ,guru mengajinya, bertanya kapan dia akan menikah. Ustad Jamal hendak menjodohkan Fahri dengan keponakannya. Fahri diajak untuk ta’aruf, yaitu salah satu kebiasaan di Mesir sebelum menikah, keluarga kedua pasangan mengadakan ta’aruf(perkenalan). Fahri menyetujui untuk melakukan ta’aruf di rumah Ustad Jamal beberapa hari kemudian. 



Suatu waktu lewat tengah malam, terdengar suara keributan dan teriakan seorang wanita di rumah susun itu. Meskipun teriakan dan tangisan gadis itu begitu histeris, namun tak ada seorang pun yang berani keluar rumah karena mereka tahu keributan itu berasal dari keluarga Bahadur yang sedang menyiksa anaknya, Noura. Namun, Fahri adalah pemuda yang sangat lembut perasaannya. Tetapi, tidak mungkin dia yang menolong Noura, karena dia berpikir hal itu hanya akan mengundang fitnah terhadap dirinya. Akhirnya, Fahri menghubungi Maria lewat handphone-nya dan Maria menuruti kata-kata Fahri untuk menolong Noura dan menyembunyikan Noura di rumah temannya Maria. 
Tiba saatnya dimana Fahri menyetujui untuk melakukan ta’aruf dengan seorang wanita yang akan dijodohkannya. Fahri pergi ke Musthafawiyah terlebih dahulu untuk bertemu dengan Ustad Jamal lalu pergi ke rumahnya. Ketika wanita yang hendak dijodohkan dengannya masuk ke ruang tamu Ustad Jamal, Fahri yang tengah duduk di ruangan itu langsung melihat ke arah wanita itu. Ketika wanita tersebut membuka cadarnya, Fahri merasa kaget sekali karena wanita itu pernah ia temui sebelumnya dikereta bawah tanah ketika suatu saat dia pulang dari Musthafawiyah. Aisha nama wanita bercadar itu.Saat Fahri menyetujui untuk menikah dengan Aisha dan mereka telah menetapkan tanggal pernikahannya serta membuat undangan pernikahan. Nurul yang merupakan seorang mahasiswi dari Indonesia dan telah mengenal Fahri cukup lama merasa sangat sedih bahkan sikapnya terhadap Fahri berubah karena ternyata Nurul menyukai Fahri. Di sisi lain, Fahri yang menganggap Maria sebagai sahabatnya, dia ingin Maria dapat menghadiri pernikahannya, namun saat Fahri mendatangi rumah Maria, rumahnya kosong, karena Maria sedang pergi ke rumah neneknya bersama keluarganya. 



Baru saja Fahri menikah beberapa waktu lalu dengan Aisha, Fahri di tangkap oleh polisi karena penuduhan pemerkosaan terhadap Noura. Padahal Fahri tidak pernah menyentuh Noura, walaupun hanya sekedar berjabat tangan. Di saat itu pula Maria telah kembali ke rumahnya, dan Maria merasa sangat sedih begitu mengetahui rumah Fahri telah kosong karena Fahri pindah ke rumah istrinya, Aisha. Aisha yang begitu kebingungan menghadapi permasalahan ini, dia hendak meminta bantuan Ustad Jamal untuk membebaskan Fahri, karena Noura pernah mengirim surat kepada Fahri melewati Ustad Jamal dimana isi surat tersebut menjelaskan mengenai semua peristiwa malam mengenaskan saat Noura diusir dari rumah Bahadur. Namun, sayang Ustad Jamal telah meninggal dan surat dari Noura pun tidak ditemukan oleh istri Ustad Jamal di rumahnya. Satu-satunya saksi yang dapat membantu membebaskan Fahri saat itu adalah Maria. Namun, Maria pun sedang terbaring koma di rumah sakit akibat kecelakaan.Aisha yang begitu ingin membebaskan Fahri dari penjara, dia meminta Fahri datang ke rumah sakit untuk menikahi Maria agar Maria dapat disentuh oleh Fahri, karena Aisha tahu Fahri tidak akan berani menyentuh wanita yang bukan muhrimnya. Fahri menolak pernikahan itu, tapi Aisha memaksanya. Akhirnya Fahri menikahi Maria dan menemaninya dengan harapan Maria akan sadar sebelum Fahri kembali ke penjara. Namun, Maria belum sadar-sadar juga sedangkan Fahri harus menghadapi persidangan keesokan harinya.Saat semua saksi memberatkan Fahri sebagai tersangka pemerkosaan terhadap Noura dan hakim akan memberikan keputusan bahwa Fahri akan dijatuhi hukuman sesuai apa yang dituduhkan padanya, tiba-tiba saja Maria datang bersama seorang wanita yang mendorong kursi rodanya. Maria yang membawa bukti-bukti kuat meyakinkan hakim dan seluruh orang yang ada di persidangan itu bahwa bukan Fahri yang melakukan perbuatan hina itu. Kesaksian Maria tidak dapat dibantah lagi oleh Noura karena Maria adalah orang yang menolong Noura pada malam itu, dan akhirnya Noura mengaku bahwa Noura di suruh memfitnah Fahri oleh ayah tirinya, Bahadur,yang telah melakukan perbuatan hina itu pada Noura.
Akhirnya, Fahri dibebaskan dari penjara dan kesehatan Maria pun mulai membaik, juga Aisha pun sedang mengandung anak dari Fahri. 



Saat Aisha di rawat dirumah sakit karena usia kandungannya sudah mendekati kelahiran, saat itu pula Maria dirawat di rumah sakit karena penyakitnya yang semakin parah. Suatu malam Maria bermimpi bertemu dengan Ibunda Maryam, sosok yang diceritakan dalam surat Maryam yang dia hafal dan selalu di bacakan olehnya. Ketika terbangun, dia meminta agar Aisha dan Fahri membimbingnya untuk masuk Islam, lalu Maria berwudhu dan kembali tidur. Namun, di tidurnya yang kali ini Maria tidak bangun lagi untuk selama-lamanya. Maria meninggal dalam keadaan Islam.


Dipublikasikan oleh:
Kelompok I Bahasa Indonesia
Kelas X.4

Anggota :
1. Agastia Irdrananda
2. Nia Sabrina Purnamasari
3. Rahma Nurmufiidah
4. Riany Marifatika
5. Ririn Ika Lestyaningrum
6. Syadza Luthfiyyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar