RASA
Karya : Viqqi Fazrianti
Masuk tanpa
perintah
Yang memasuki
mata
Tak disentuh
,pedih
Lebih
pedih disentuh yang lain
Semakin
pedih
Tak
bisa mulut ini berucap
Tentang
rasa pedih itu
Sulit
hilangnya
Jikalau
terlalu dalam
Bantu
aku menghilangkan
Rasa
pedih itu
Rasa
pedih seperti hati terluka
Masih
tersimpan
Untuk
dia ……..
Yang
menganggapku angin
PERANG DARIKU, UNTUKMU
Karya
: Fachri Anugrah
Bahasa
tak mempan, kata tak sampai
Aku
berjanji akan datang, tapi wajahmu tak peduli
Berbincang
lidah kelu, memandang mata tak sampai
Hai! Bangun! Berpalinglah! Dunia tak habis di ujung
wajahnya!
Berputarlah! Pandanglah aku! Aku yang kau lihat dengan
ekor matamu!
Angkatlah senjatamu! Garis depan telah memanggil!
Akan kutunjukkan padamu seberapa bersungguhnya aku!
Waktu
terhenti, nafas tercekat
Duniaku
yang hitam-putih membaur
Habis
semua, terlambat sudah
Meriam
telah ditembakkan
Hujan
propaganda seluas benua tak akan jadi hasil
Dia
menyerang terlebih dahulu
Siapa
cepat, dia dapat kata orang
Kalian
berdua, aku sendiri
Dalam
diam aku mengaku....
...Aku menyukaimu!!
Berperanglah! Tembakkan segala isi hatimu!
Menyesal sudah aku mengundur janji!
Aku akan membuatmu berpaling! Aku akan membuatmu
melihat ke arahku!
Akan kutunjukkan padamu seberapa cintanya aku padamu!
Perang adalah cinta
Cinta adalah perang
Akan kubawa sendiri perang ini kepadamu!!
HARAPAN DALAM TANGISAN
Karya : Ayu Andika
Melawan diri tuk menemukan jalan keluar
Ku menjerit dalam kesunyian hati
Menanti sebuah uluran tangan
Tapi.. Adakah uluran tangan itu?
Dimana?!
Tak ku temukan sedikit pun
Hanya menangis berharap tuk datang
Tak pantaskah kami di sini?!
Memang aku bodoh!
Yang hanya menggantungkan diri di negri ini
Yang haus akan hak
Wahai manusia pemimpin umat
Dengarlah kami
Tengoklah kami
Tolonglah kami
Yang menjerit tersiksa melawan kerasnya hidup
Tak banyak permintaan
Hanya untuk mengisi perut kosong ini
Dan untuk masa depan yang gemilang
Membangun bersama negri yang indah ini
Indonesia..
Air Mata Dalam Relung Hati
Karya : Iffah Nurfaiz
Sakit raga ini…
Menjadi bagian dalam hidupku
Cahaya
terang…
Seolah
menjauh dariku…
Impianku
dulu…
Hilang
,sirna sudah
Semua yang bisa kulakukan
Tak dapat lagi kulakukan…
Orang menganggapku aneh…
Ku berjalan bak penguin
Ku makan bak siput
Semua menggunjingku…
Menangis hati ini…
Kenapa penyakit
ini memilihku?
Kenapa
harus aku…
Kini…
Ku tak dapat melihat wajah mereka
Terasing dalam golongannku
Tak dapat berjalan
Menulis…
Bahkan berbicara…
Inginku berlari seperti mereka
Pergi ke sekolah
Tertawa dan bermain
Aaaa…
Kenapa aku yang dipilih?
Kenapa harus aku…
Andai waktu dapat kembali
Tolong…
Kembalikan waktu ku
Ku ingin impianku
Air mata ini memohon
Lalu…
Tetaplah berlalu
Ini tak dapat disembuhkan
Kini …
Semangati golonganku, juga orang lain
Agar terus bermimpi…
Karena kini..
Ku terbatas pada tempat tidur
Kenapa aku yang dipilih?
Kembalikan waktu ku…
PUISI KU
Karya : Farhan Helmi Alvidoansyah Siregar
Kemanapun kaki melangkah
Aku selalu mengurai doa
Kemanapun cinta merambah
Aku selalu mengurai setia
Kekasih hati tak akan melayang
Karena selalu saling percaya
Meski rindu kadang menyiksa
Aku akan selalu setia.
Biarkan saja semua menghina
Sayangku tetap hanya untukmu
Kamu dan aku akan selalu bersama
AYAH
Karya : Andari Cita Candrika
Aku selalu mengurai doa
Kemanapun cinta merambah
Aku selalu mengurai setia
Kekasih hati tak akan melayang
Karena selalu saling percaya
Meski rindu kadang menyiksa
Aku akan selalu setia.
Biarkan saja semua menghina
Sayangku tetap hanya untukmu
Kamu dan aku akan selalu bersama
AYAH
Karya : Andari Cita Candrika
Pahlawan…
Itulah yang terpancar di mataku saat melihatmu
Melindungiku dari mara bahaya
Dengan tubuhmu yang gagah dan tegap
Tidak ada yang dapat melukaimu
Saat musibah datang seperti hujan di bulan Januari
Tidaklah terlihat kesedihan dimatamu
Selalu terlihat setitik senyum di bibirmu
Senyum yang mengajariku tetap tegar
Senyum yang mengajariku keindahan hidup
Senyum itu melekat pada jiwamu
Ayah…
Ingatkah kau saat aku membantahmu?
Ingatkah kau saat aku menyalahkanmu?
Dan ingatkah kau saat kau selalu memaafkanku?
Mengapa Ayah?
Mengapa kau memaafkanku?
Setelah sikapku yang hina
Setelah beribu-ribu perkataanmu yang kulanggar
Kau tetap berkata “Dirimu adalah anakku yang tersayang”
Tidaklah terpikir olehku banyaknya pengorbananmu
Pengorbanan untuk melihatku tersenyum
Pengorbanan untuk melihatku bahagia
Kau tukar kebahagiaanmu dengan kebahagiaanku
Ayah…
Dapatkah aku membalas pengorbananmu?
Terlambat bagiku untuk menyadari semua ini
Sekarang kau telah tiada
Tuhan telah memanggilmu untuk berada di sisinya
Air mata ini menetes mengiringi kepergianmu
Maafkan aku ayah tidak menjadi anak yang sempurna
Maafkan aku ayah tidak dapat membanggakanmu
Maafkan aku ayah telah membuatmu kecewa
Dapatkah kau memaafkanku?
Tiada jawaban darimu
Hanya sebuah senyuman hangat yang melekat pada wajahmu
Senyuman terakhir yang kulihat
Namun merupakan senyuman abadi yang terindah
Terimakasih ayah..
Kau adalah pahlawan dalam hidupku
Itulah yang terpancar di mataku saat melihatmu
Melindungiku dari mara bahaya
Dengan tubuhmu yang gagah dan tegap
Tidak ada yang dapat melukaimu
Saat musibah datang seperti hujan di bulan Januari
Tidaklah terlihat kesedihan dimatamu
Selalu terlihat setitik senyum di bibirmu
Senyum yang mengajariku tetap tegar
Senyum yang mengajariku keindahan hidup
Senyum itu melekat pada jiwamu
Ayah…
Ingatkah kau saat aku membantahmu?
Ingatkah kau saat aku menyalahkanmu?
Dan ingatkah kau saat kau selalu memaafkanku?
Mengapa Ayah?
Mengapa kau memaafkanku?
Setelah sikapku yang hina
Setelah beribu-ribu perkataanmu yang kulanggar
Kau tetap berkata “Dirimu adalah anakku yang tersayang”
Tidaklah terpikir olehku banyaknya pengorbananmu
Pengorbanan untuk melihatku tersenyum
Pengorbanan untuk melihatku bahagia
Kau tukar kebahagiaanmu dengan kebahagiaanku
Ayah…
Dapatkah aku membalas pengorbananmu?
Terlambat bagiku untuk menyadari semua ini
Sekarang kau telah tiada
Tuhan telah memanggilmu untuk berada di sisinya
Air mata ini menetes mengiringi kepergianmu
Maafkan aku ayah tidak menjadi anak yang sempurna
Maafkan aku ayah tidak dapat membanggakanmu
Maafkan aku ayah telah membuatmu kecewa
Dapatkah kau memaafkanku?
Tiada jawaban darimu
Hanya sebuah senyuman hangat yang melekat pada wajahmu
Senyuman terakhir yang kulihat
Namun merupakan senyuman abadi yang terindah
Terimakasih ayah..
Kau adalah pahlawan dalam hidupku
AKU CINTA AYAH
Karya : Muhammad Ilmam Taris
Karya : Muhammad Ilmam Taris
Telah Rapuh tulang-tulangmu
yang dahulu kau gunakan
untuk memberikan kami sesuap nasi
untuk menunaikan kewajibanmu sebagai kepala keluarga
Kini… kau berdaya lagi melakukan semuanya
kini… kau hanya mampu memberikan kami nasehat
kini… kau hanya mampu mengucapkan doa yang tulus untuk kami
untuk anak yang telah kau besarkan dengan kerja kerasmu
Ayah….
Air mata ini tak mampu membalas semuanya
semua yang kau lakukan untuk hidup kami
semua yang kau berikan kepada kami
Ayah…
Kasih sayang mu takkan mampu tergantikan orang lain
Perhatian yang kau berikan kepada kami takkan pernah kami lupakan
Walaupun kadang kami tidak mengindahkan semua yang kau berikan
Kadang kami tak pernah menghargai semua yang kau berikan
Kini, kamilah yang harus melakukan semuanya
Kamilah yang harus membalas semuanya
Kamilah yang harus memperhatikanmu…
Ayah….
Izinkanlah kami menjadi anak yang berbakti kepadamu
Anak yang tak melupakan kasih sayangmu
Izinkanlah kami untuk membahagiakanmu
Meskipun kami sadar
itu semua tidak bisa membayar semua yang telah kau berikan
dan kami sadar, nyawapun takkan mampu membalas semuanya…
Terima kasih ayah…
Kini kami menjadi orang yang mampu berdiri
kini kami mampu menjadi orang yang mandiri
kini kami mampu menapaki hidup dengan doa dan kasih sayangmu…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar